Corpus Curare Spiritumque
Netsains.Com – Hari gini, masih mikirin tabu atau jorok tentang seks? Capeek deeh…
Netsains.Com – Hari gini, masih mikirin tabu atau jorok tentang seks? Capeek deeh…
Berikut ini wawancara kami (Dito Anurogo) dengan Mariska Lubis, penulis buku “Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar Dari Seks, Dong”, Grasindo (Gramedia Group), 2010. Beliau adalah pemerhati masalah seks dan kesehatan reproduksi di Indonesia. Namanya begitu popular di media massa maupun media online. Nah, siapa lagi kalau bukan Mariska Lubis, “Ratu Seks Indonesia”.
DITO: Boleh diceritakan, apa sebenarnya cita-cita/impian Anda sejak kecil? Mengapa (bercita-cita menjadi itu)?
Jawab:
Saya bercita-cita menjadi penulis dan pengajar. Dari kecil saya sudah bermimpi untuk itu semua karena saya senang menulis dan saya ingin tulisan saya bisa memberikan banyak arti dan manfaat. Saya membaca bagaimana tulisan memiliki banyak sekali artinya, karena itulah saya terus memicu dan mengasah kemampuan saya menulis sejak kecil.
DITO: Bagaimana Anda menjalani kehidupan masa kecil, anak-anak, remaja, hingga dewasa? Pengalaman apa saja yang begitu berkesan, mengandung hikmah, menempa, dan mendewasakan diri Anda?
Jawab:
Kehidupan saya sewaktu kecil meski tampak indah dari luar namun tidak demikian juga. Saya termasuk anak yang lebih senang sendirian dan lebih suka berdiam diri untuk membaca, menulis, dan menggambar daripada main di luar. Saya terbiasa untuk sendiri dan jauh dari keluarga, sehingga mau tidak mau saya dipicu untuk bisa mandiri.
Saya masih ingat dimarahi karena tidak keluar rumah dan diminta untuk bermain sementara anak-anak lain mungkin disuruh pulang ke rumah karena terlalu banyak main. Hehehe…
Hidup di antara keluarga yang beda keyakinan, ayah saya Muslim dan ibu Kristen, dan juga dua budaya, ayah saya mandailing, ibu saya keturunan China, tentunya memberikan banyak warna dalam kehidupan saya. Saya pun bersekolah di sekolah yang campur-campur, dan membuat saya banyak bergaul dengan berbagai kalangan juga dari berbagai macam bangsa.
Pengalaman saya yang paling berharga adalah travel ke mana-mana sendirian. Saya suka berpetualang. Umur 15 tahun saya sudah berani keliling Amerika karena saya ingin tahu banyak. Dan saya juga sering berpetualang ke daerah terpencil serta pelosok, dari sanalah mata saya terbuka dan memicu saya untuk bisa berbuat lebih banyak lagi.
Pengalaman di Negeri Orang
DITO: Boleh diceritakan suka duka Anda saat belajar di University of Sydney, Australia pada tahun 1997-98?
Jawab:
Saya merasakan bagaimana susahnya hidup di negeri asing, kuliah dan kerja, juga ditambah lagi dengan berbagai tekanan rasial pada saat itu. Apalagi saya bersekolah tentang International Studies di kampus yang memang bisa dikatakan kuat sekali dalam pendidikan politiknya. Sedikit sekali orang Indonesia yang bersekolah di sana dan hanya saya sendiri yang mengambil jurusan itu. Mau tidak mau saya harus bekerja keras sekali.
Yang paling saya suka adalah saya banyak ditempa dalam hal membaca, menulis, dan berdiskusi serta bicara di depan umum, juga belajar bagaimana berdiplomasi. Memang jurusan saya ini lebih banyak ditujukan untuk mereka yang ingin menjadi diplomat, karena itulah kami dididik keras untuk bisa belajar segala sesuatunya, bahkan mulai dari bagaimana mengenal budaya bangsa lain.
Saya juga senang karena bisa banyak mendapat pengalaman bekerja di tempat-tempat yang tidak mungkin saya dapatkan di Indonesia, di took baju gay dan lesbian juga di majalah dewasa. Ini semua saya lakukan bukan hanya untuk mencari nafkah atau kesenangan, saya sekaligus melakukan riset di sana.
Dukanya, ya, kalau sedang tidak punya uang, apalagi kebetulan saat itu Indonesia sedang bergejolak dan kurs tiba-tiba melejit. Kerja dan kuliah berbarengan itu sangat tidak mudah sama sekali.
Seks
DITO: Menurut Anda, apakah filosofi seks? Kemudian, bagaimana Anda memadukan antara seks dengan edukasi, politik, dan kepemimpinan?
Jawab:
Seks bagi saya adalah titik awal kehidupan dan kehidupan itu sendiri di mana semua makhluk hidup tidak bisa lepas dari seks, dan seks memiliki peranan penting di dalam kelangsungan masa depan kehidupan. Seks adalah anugerah dan rahmat yang sangat luar biasa dan sudah seharusnya dihormati serta dihargai.
Seks selama ini selalu menjadi objek karena itulah menjadi sesuatu yang tabu, porno, salah, menjerumuskan dan lain sebagainya. Berbeda bila seks itu menjadi subjek karena objeknya kemudian adalah belajar dan belajar. Seks adalah kehidupan karena itulah segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan tidak akan pernah lepas dari seks. Mau bidang apapun, segi manapun, seks pasti terlibat di dalamnya.
DITO: Selama ini masyarakat memandang seks sebagai suatu hal yang tabu. Bagaimana Anda dapat meluruskan paradigma ini?
Jawab:
Menjadikan seks itu tidak mesti porno. Mengubah pola pikir dan cara pandang lewat tulisan dan juga seminar untuk memperkenalkan seks yang sehat dan benar itu bagaimana. Tidak bisa seseorang mengenal seks dengan baik bila tidak diubah dulu pola pikir dan cara pandangnya.
DITO: Bagaimana Anda dapat mengenal dan menemukan Tuhan melalui (ritual) seks?
Jawab:
Tuhan adalah cinta dan cinta itu diberikannya kepada manusia. Manusia diberikan segala sesuatu yang terbaik oleh Dia dan semua ini bisa dilihat dari semua hal. Contohnya saja dengan organ seksual manusia, bagaimana dia menciptakan itu semua?! Apakah ada manusia yang mampu membuatnya dan menandinginya?!
Hubungan seksual itu sendiri bila tidak didasarkan cinta maka tidak akan memberikan arti dan manfaat yang menyeluruh, karena cinta itu sangat penting. Oleh karena itulah sayaselalu menyarankan untuk bercinta bukan bersetubuh saja. Bercinta itu menghasilkan energi positif yang bisa saling mempengeruhi antara sesama yang lain, yang terpancar pada saat melakukannya.
DITO: Berdasarkan pengalaman Anda, bagaimana kita mengetahui bahwa seorang pria itu mencintai wanita secara tulus? Lalu bagaimana pula kita megetahui bahwa seorang wanita itu benar-benar mencintai pria secara tulus?
Jawab:
Tidak mudah untuk bisa mengetahuinya, diperlukan kejujuran pada diri sendiri untuk bisa menjawabnya. Sudahkah diri kita juga jujur dengan mau merasakan apa yang kita rasakan dan juga mau mendengarkan hati nurani?! Hati nurani itu tidak pernah berdusta hanya seringkali kita menyangkalnya karena dipenuhi dengan hasrat dan ambisi yang dilakukan lewat pembenaran logika. Sehingga baru menyadarinya kemudian bila ternyata salah.
DITO: Apa resep Anda untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan selalu mesra? Bilakah peranan “seks” amat penting?
Jawab:
Komunikasi dan kejujuran menjadi sangat penting di dalam membina hubungan rumah tangga. Komunikasi membuat saling kenal dan saling tahu antara satu dengan yang lainnya, namun bila komunikasi itu tidak dilakukan dengan kejujuran tentunya tidak akan membuahkan hasil yang berarti. Di setiap kali ada ketidakjujuran pasti akan terus berlanjut kepada dusta dan pembenaran yang lainnya. Inilah yang kemudian biasanya menjadi bertumpuk kian hari dan setelah sekian lama, siapa yang bisa tahan dengan kepalsuan terutama pembohongan terhadap diri sendiri.
Ini berlaku juga dengan masalah seks karena seks itu sangat penting di dalam membuat suasana menjadi lebih hangat. Yang saya maksudkan bukan hanya untuk urusan di tempat tidur saja, tetapi juga mulai dari menjaga romantisme di dalam bercinta itu juga sangat diperlukan. Ada banyak hal-hal kecil yang seringkali disepelekan namun sering membuat masalah. Contohnya saja “kesetaraan” di dalam posisi bercinta. Dominasi salah satu, istri atau suami, bisa mengakibatkan gairah di dalam bercinta itu hilang. Kehilangan gairah ini adala penyebab utama terjadinya perselingkuhan.
Top Ten (Sepuluh Permasalahan Pokok)
DITO: Menurut Anda, apa saja “top ten problems” (di bidang seks dan kesehatan reproduksi) yang sering Anda jumpai di dalam masyarakat?
Jawab:
1.Penanganan dan penganggulangan masalah seks (mengangkut pola pikir dan cara pandang terhadap seks).
2.Masalah prostitusi dan human traficcking (menyangkut kebijakan dan peraturan hukum).
3.Masalah penyakit kelamin dan penyakit yang berhubungan dengan seks lainnya termasuk HIV, AIDS dan TBC.
4.Masalah penggunaan obat-obatan dan jamu-jamuan (termasuk mitos) yang digunakan untuk meningkatkan gairah, keperkasaan, dan lain sebagainya
5.Masalah kesehatan perilaku seksual beserta penyimpangannya (berkaitan erat dengan masalah sosial, budaya, dan ekonomi serta politik)
6.Seks bebas, Aborsi dan pernikahan beda agama, beda status, beda budaya.
7.Masalah pola pikir dan cara pandang terhadap seks.
8.Pendidikan seks yang tidak menyeluruh.
9.Pengetahuan tentang organ seksual.
10.Komunikasi antara orang tua dan anak di dalam masalah seks.
DITO: Secara umum, bagaimana solusi yang Anda formulasikan?
Jawab:
Saya melihat bahwa yang menjadi masalah di sini adalah pada pola pikir dan cara pandang terhadap seks itu sendiri. Seks dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau porno karena seks itu dijadikan objek. Subjeknya menjadi menjerumuskan, tidak baik, jorok, dan tidak benar. Lain ceritanya bila kita mengubah seks itu menjadi sebuah subjek di mana objeknya adalah belajar. Dengan belajar kita bisa melihat segala sesuatunya secara lebih luas, jernih dan objektif. Oleh karena itulah saya memiliki slogan “seks itu tak mesti porno” ditambah lagi dengan pendidikan dan pengertian tentang seks yang tidak hanya jenis kelamin ataupun hanya “seonggok daging di belahan paha” saja. Nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalam pengertian seks itu sendiri harus dikembalikan, sehingga seks itu dihargai dan dihormati sebagai anugerah dan rahmat yang terindah diberikan oleh-Nya. Seperti yang sering saya katakan, definisi seks saya adalah “titik awal kehidupan dan kehidupan itu sendiri”.
Resep Sukses dan “The Men-Women Behind”
DITO: Boleh kami mengetahui apa saja resep sukses Anda?
Jawab:
Kerja keras, tekun, fokus dan tekad yang bulat. Saya adalah pekerja keras yang pantang menyerah dan mau terus belajar serta fokus kepada visi dan misi yang saya buat sendiri. Meskipun banyak aral dan rintangan yang menghadang, saya selalu mencoba untuk bertahan dan melawan diri saya sendiri agar tidak menyerah. Apa yang saya yakini adalah pegangan saya.
Saya juga selalu berusaha untuk tidak pernah sombong, karena hanya dengan cara inilah saya belajar banyak dari yang lainnya. Menempatkan posisi “setara” dengan yang lainnya akan banyak membantu diri menjadi lebih baik.
DITO: Bagaimana Anda me-manage waktu, terutama di dalam menyeimbangkan/ mengharmoniskan antara karir dengan keluarga?
Jawab:
Saya memilih untuk kerja di rumah dan menulis dari rumah. Begitu juga dengan mengajar saya luangkan sebanyak waktu mungkin untuk di rumah bersama anak-anak. Saya hanya keluar bila memang diperlukan saja, dan memang benar-benar untuk kerja. Saya berusaha keras agar anak-anak bisa tumbuh dengan tangan saya sendiri dan bukan dari tangan pengasuh yang lainnya. Meski berat dan lelah tetapi tentunya jauh lebih baik. Saya tidak ingin mereka tumbuh menjadi anak “orang lain” ataupun menjadi anak yang tidak saya kenal, begitu juga sebaliknya, saya ingin bisa terus menjadi bagian dari mereka. Kualitas di dalam setiap pertemuan saya sangat jaga sekali.
DITO: Apa saja sih kiat Anda tampil begitu memikat, penuh pesona, dan percaya diri di setiap kesempatan?
Jawab:
Waduh… hahahhaha… ini pertanyaan yang saya tidak bisa jawab. Saya hanya berusaha tampil apa adanya saja. Saya tidak ingin dilihat sebagai seseorang yang tidak pernah melakukan kebodohan, tidak pernah berbuat salah, atau sangat sempurna. Manusia tidak ada yang sempurna. Dengan menjadi diri sendiri dan jujur, saya menjadi lebih nyaman dan tidak pernah takut serta percaya diri ke mana pun saya pergi dan di manapun saya berada.
DITO: Siapa sajakah orang-orang penting yang berada di balik kesuksesan Anda, dan apa saja kontribusi mereka terhadap kesuksesan Anda?
Jawab:
Boleh saya bilang, semua yang ada di sekitar saya adalah yang membuat saya seperti sekarang ini. Mulai dari saya kecil hingga sekarang, semua memberikan sumbangsihnya terhadap saya. Keluarga, teman, sahabat, semua menjadi bagian penting dalam kehidupan saya ini.
Khusus untuk menulis, saya berterima kasih kepada Ibu Widarti Gunawan yang telah banyak menggembleng saya di dalam belajar menulis. Untuk Kompasiana, saya berterima kasih kepada Bang Andy Syoekry Amal yang telah mengajak saya masuk dan banyak membantu saya di Kompasiana. Untuk berdiskusi dan bertukar pikiran serta memberikan saya motivasi, saya berterima kasih kepada Bang Risman A Rachman yang tidak pernah henti memberikan saya inspirasi dan aspirasi.
Kesan dan Pesan
DITO: Apa kesan dan pesan Anda untuk masyarakat Indonesia?
Jawab:
Saya ingin sekali Indonesia maju dan memiliki kehidupan serta masa depan yang lebih baik lagi. Oleh karena itulah saya berharap agar semua masyarakat Indonesia mau merendahkan hati untuk terus belajar dan belajar. Mau juga menjadi jujur dan menerima fakta serta kenyataan yang ada agar bisa benar-benar tulus dan ikhlas. Memenuhi diri dengan cinta dan selalu memberikan cinta kepada semua. Negara ini sudah banyak berjasa dan memberikan banyak, kenapa kita tidak memberikan yang terbaik untuk bangsa dan Negara ini?! Jika bisa bertanya apa yang mereka berikan, kenapa tidak bertanya dulu apa yang telah kita berikan?!
DITO: Apa kesan, pesan, saran Anda untuk pemerintah dan perumus kebijakan yang terkait dengan kebijakan/regulasi di bidang kesehatan reproduksi?
Jawab:
Belajarlah dulu tentang seks yang baik dan benar. Ubah pola pikir dan cara pandang tentang seks dan jangan menganggap rendah ataupun remeh tentang seks. Seks bisa berpengaruh besar terhadap kehidupan di masa kini dan juga nanti. Bila terus saja dianggap tidak penting, berarti sama dengan membiarkan kehidupan ini semakin hancur.
Demikian wawancara ini semoga bermanfaat.
Twitter Mariska Lubis:
http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama
Durex
Blog Mariska Lubis: